Pagi pasih gelap, tetapi mimpi itu telah lebih dulu mencuri lelap. Seperti orang mimpi pada umumnya, begitu bangun, masih mencoba mengais-ngais ingatan: mimpi apa aku?!
“Non … Non … bangun, barusan aku mimpi ….”
“Wooaaahhhmmmm … mimpi apa sih? masih pagi nih.”
“Aku seperti di sebuah panti asuhan. Entah di mana. Entah kapan. Ada dua anak perempuan bermain di sekitarku. Yang kecil–mungkin sekitar 1-2 tahun, bernama Grace. Yang lebih besar–sekitar 5 tahun, bernama Helen (kalau tidak salah). Si Grace ini begitu menggemaskan. Sampai-sampai aku meraih tangannya yang tengah bermain. Aku menggendongnya, dan diam saja. Tiba-tiba, uppsss … ia ngompol …. Datanglah pengasuh panti asuhan itu dan nyeletuk: ‘Wah, kog ngompolin Bapak. Mau dianugerahi anak tuh, Bapak.’ Sampai di situ aku bangun.”
Wajah Arlina bengong; masih ada sisa kantuk yang belum tuntas. Tapi ada binar di matanya. Binar mata yang tersenyum. Senyum yang aku suka ….
Hmm … Gadis kecil itu. Grace. Cantik. Lincah. Tetapi yang juga penuh misteri.
Ya, bukankah setiap anugerah itu memuat misteri dari si pemberi. Si Pemberi.
Akankah ….
6 Juli 2011